JellyPages.com

Rabu, 07 November 2012

Produksi biogas eceng gondok dengan menggunakan sistem sanitasi rumah tangga penduduk sekitar Danau Tondano

Project dadakan ...... deadlinex 5 hari doank .... hahahahah ingat masa itu kykx ngg mngki bisa tercpta ssuatu dgan wktu yg mepet srta kondisi yg terdesak ... tapi trxta jika kita mmaksa "Push until Limit" maka nyatax Bisa !

Keindahan alam yang dimiliki Indonesia merupakan komoditi utama Dinas Pariwisata. Danau tondano yang berada di Minahasa merupakan Danau alami dan terbesar di Sulawesi Utara. Danau ini mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan penduduk Kota Manado dan sekitarnya sebagai sumber air minum masyarakat,sumber air baku PDAM kota Manado dan Tondano, sumber irigasi, sumber pembangkit listrik (PLTA) Tanggari dan Tonsea Lama, perikanan darat dan obyek pariwisata (Sittadewi, 2008).


Gambar 1. Propinsi Sulawesi Utara

Perkembangan penduduk di sekitar danau Tondano mengubah lingkungan sekitar danau untuk kepentingannya. Kawasan danau sekitar ruang dan tanah digunakan untuk menampung berbagai bentuk kegiatan manusia seperti pemukim, saluran limbah, pertanian, saluran limbah rumah tangga , obyek wisata, dan sebagainya. Perkembangan yang pesat dari aktifitas – aktifitas tersebut menimbulkan masalah antara lain kualitas perairan danau menurun yang menimbulkan potensi eutrofikasi sehingga menyebabkan pertumbuhan eceng gondok mencapai kurang lebih 20% luasan danau.

Gambar 2. Danau Tondano

Sedimentasi yang disebabkan oleh eceng gondok yang mengendap mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan danau. Mewabahnya hama eceng gondok yang tumbuh dengan kecepatan fenomenal, satu batang eceng gondok dapat berkembang menutupi area 7 m2 dalam waktu setahun. Satu Ha eceng gondok dapat bertumbuh sebanyak 125 ton dalam waktu 6 bulan atau sekitar 500 kg/hari.


Dalam rangka salah satu upaya menyelamatkan ekosistem perairan danau Tondano dari penyebaran eceng gondok serta dapat memenuhi kebutuhan energi masyarakat di sekitar danau Tondano maka perlu upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber energi terbarukan biogas eceng gondok sebagai sumber energi alternatif. Oleh karena itu, untuk mendorong pengembangan dan pemanfaatan energi biogas eceng gondok pada masyarakat sekitar Danau Tondano sangat diperlukan kebijakan pemerintah yang komprehensif dan menyeluruh yang turut didukung oleh instansi terkait dan masyarakat sebagai acuan pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi eceng gondok. Eceng gondok merupakan herba yang mengapung, kadang-kadang berakar dalam tanah, menghasilkan tunas merayap yang keluar dari ketiak daun yang dapat tumbuh lagi menjadi tumbuhan baru dengan tinggi 0,4-0,8 m. Kadar O2 yang terlarut dalam air pada konsentrasi 3,5 – 4,8 ppm menyebabkan perkembangbiakan eceng gondok dapat berjalan dengan cepat (Moenandir, 1990).

Eceng gondok mengandung 95% air dan menjadikannya terdiri dari jaringan yang berongga, mempunyai energi yang tinggi, terdiri dari bahan yang dapat difermentasikan dan berpotensi sangat besar dalam menghasilkan biogas (Chanakya et al., 1993 dalam Gunnarsson dan Cecilia, 2006). Eceng gondok mempunyai kandungan hemiselulosa yang cukup besar dibandingkan komponen organik tunggal lainnya. Hemiselulosa adalah polisakarida kompleks yang merupakan campuran polimer yang jika dihidrolisis menghasilkan produk campuran turunan yang dapat diolah dengan metode anaerobic digestion untuk menghasilkan dua senyawa campuran sederhana berupa metan dan karbon dioksida yang biasa disebut biogas (Ghosh et al., 1984). Eceng gondok yang merupakan masalah bagi perairan Danau Tondano sebenarnya bisa menjadi salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas. Gangguan Eceng gondok di danau Tondano sudah sangat parah, dan berbagai pihak berusaha untuk membasminya dengan cara mengangkat tumbuhan tersebut, atau dibalikkan agar mati. Selain tidak begitu efektif, akan memakan waktu sangat lama untuk mengendalikan hama ini. Namun bila eceng gondok dapat diolah oleh masyarakat menjadi biogas untuk memasak maka eceng gondok akan menjadi sangat bermanfaat, diburu, dipanen secara luas dan akhirnya akan terkontrol, sehingga ekosistem danau Tondano dapat terlindungi.

Pembuatan biogas belum terlalu dikembangkan oleh masyarakat sekitar danau Tondano dikarenakan biaya peralatan awal reaktor biogas menggunakan drum bekas terlalu mahal. Ada cara lain untuk memperoleh biogas dari campuran eceng gondok dan tinja manusia dalam sanitasi rumah tangga. Sebagai mana penelitian terdahulu bahwa perbandingan 1:3 eceng gondok dan air dapat menghasilkan 74,31L biogas, kemudian adapun penelitian lain dalam 1kg kotoran manusia dapat menghasilkan 60L biogas dengan rata – rata pembuangan perorang adalah 200-300 gram. Jika kita memerlukan sekitar 1m3 atau 1000 liter biogas untuk memenuhi kebutuhan, maka 60 L biogas yang dapat dihasilkan dari kotoran satu rumah tangga yang beranggotakan 3 – 4 orang masih blum cukup memenuhi volume biogas yang diinginkan sebanyak 1000L perharinya. Dengan campuran eceng gondok dimaksudkan bisa memenuhi kebutuhan 940L biogas, agar 1000L volume biogas yang diinginkan perharinya bisa dipenuhi. Jika 940L biogas eceng gondok yang ingin diperoleh maka dengan perbandingan 1:3 (eceng gondok : air), diperlukan sekitar 12,65 kg eceng gondok dan 37,95 liter air. Hasil ini diperoleh dari konversi perhitungan 74,31L biogas eceng gondok yang diperoleh dengan volume digester 20L. Dengan memanfaatkan sistem sanitasi dalam rumah tangga, maka sistem penghasil biogas ini terdiri dari dua reaktor (digester), yaitu : satu mengolah kotoran manusia dan satu lainnya mengolah gulma eceng gondok. Reaktor pertama dirancang agar bersambungan dengan tangki septik rumah tangga. Sedangkan tangki kedua dirancang agar mudah dibuka, agar eceng gondok dapat ditambah secara kontinu. Kedua reaktor ini memiliki rancangan yang dapat mengendapkan sementara kotoran dan eceng gondok serta dilengkapi dengan pengadukan untuk meningkatkan produktivitas bakteri fermentasi. Kedua reaktor juga dilengkapi dengan pipa yang mengalirkan biogas ke tangki penyimpanan. Adapun kelebihan dari reaktor ini adalah biaya perawatan murah, umur reaktor lama, lebih stabil dan tidak mudah berkarat, menghemat tempat karena dibangun didalam tanah sehingga suhu stabil. Sistem penghasil biogas terintegrasi ini memiliki potensi yang patut dipertimbangkan sebagai sumber energi terbarukan pada masyarakat di sekitar danau Tondano. Ada beberapa keuntungan jika system ini dijalankan yaitu setiap rumah tangga mampu mandiri menghasilkan biogas digunakan untuk memasak ataupun energi listrik, ini artinya masyarakat tidak akan tergantung lagi pada Perusahan Listrik Negara (PLN) untuk memperoleh listrik, dan juga dapat menghemat bahan bakar gas atau kayu bakar untuk memasak. Kemudian keuntungan lainnya adalah secara tidak langsung eceng gondok digunakan masyarakat secara efektif dan efisien sehingga diharapkan pertumbuhan eceng gondok akan ditekan dan akhirnya berkurang bahkan penyelamatan ekosistem perairan danau Tondano bisa terwujud.

(Biogas Sistem 1 Reaktor ToudanoWaya)

(Rencana rancangan Biogas 2 Reaktor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar